Archive for Maret 2017

Implikasi Pendidikan dalam Tahap Perkembangan

Pada kesempatan kali ini saya akan memposting tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan tentang Bagaimana Implikasi Pendidikan dalam Tahap Perkembangan. Nama saya Sri Ulfa NIM: 161301040

Bagaimana Implikasi Pendidikan dalam Tahap Perkembangan
1. Masa kanak-kanak (masa prasekolah) usia 2-6 tahun
Pada periode ini suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih(mengasihi), asah(memahirkan), dan asuh(membimbing). Anak dapat bertumbuh dengan baik jika mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi damai dan harmoni. Kegiatan pembelajaran itu bagaikan kegiatan-kegiatan yang disengaja, namun sekaligus alamiah seperti bermain “ditaman” bermain sambil belajar yang memungkinkan anak belajar dalam dunia permainan yang dapat memperluas pengetahuan dan sosial antar sesama.
Pembelajaran pada anak usia dini dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode yaitu:
1. Bercerita: bercerita sebaiknya diberikan semenarik mungkin dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai.
2. Bernyanyi: bernyanyi adalah kegiatan dalam melagukan pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan. Bernyanyi dapat menumbuhkan rasa estetika.
3. Berdarmawisata: kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang dibahas di lingkungan kehidupan anak.untuk melihat, mendengar, merasakan, mengalami langsung berbagai keadaan atau peristiwa di lingkungannya. Bisa berdarmawisata ke pasar, sawah, pantai, kebun, dan lainnya.
4. Bermain peran: merupakan kegiatan menirukan perbuatan orang lain disekitarnya. Hal ini dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan anak.
5. Peragaan/Demontrasi: kegiatan dimana tenaga pendidik/tutor memberikan contoh terlebih dulu, kemudian ditirukan anak-anak. Hal ini dapat melatih keterampilan dan cara-cara yang memerlukan contoh yang benar.
6. Pemberian tugas: merupakan metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan tuntas.
7. Latihan: kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya kemampuan psikomotorik yang menuntuk kooardinasi antara otot-otot dengan mata dan otak. Latihan diberikan sesuai dengan langkah-langkah secara berurutan.

2. Masa kanak-kanak Akhir ( usia 6-12 tahun)
Pada periode ini, tahap kognitif anak usia SD sudah berada pada tahap operasional-konkret.
Mereka mampu berpikir logis tentang suatu objek dan kejadian, mampu mengklarifikasi objek, dan menguasai konversi jumlah dan berat.
Beberapa cara pembelajaran yang diharapkan untuk para pendidik dalam pengajaran anak usia SD:
Cara pembelajaran yang lebih terbuka, lansung memberikan kesempatan anak berperan dalam mengoptimalkan perkembangan fisik, kognitif dan moral mereka.
Program pembelajaran yang fleksibel dan tidak kaku serta membedakan perbedaan individu, tidak monoton.
Menerapkan banyak alat peraga ataupun objek dalam pembelajaran.
Memuji anak ketika mereka berhasil mengerjakan sesuatu dengan baik dan menyemangati mereka bila belum melakukan sesuatu secara optimal.
Menyampaikan segala sesuatu yang baik dalam pembelajaran karena pada periode ini, anak usia SD akan patuh pada orang yang dihormati.
Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.
Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan,mendorong rasa ingintahu mereka.
Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak,tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain.

3. Masa Remaja (adolescense) 11/12 tahun – 18/24 tahun
Pada tahap ini, peserta didik sudah mampu berpikir abstrak dan logis, dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu, ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual.
Cara berfikir kausatif. Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Peserta didik sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis.
Masa remaja awal ini merupakan puncak emosionalitas bagi peserta didik, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama ogran seksual mempengaruhi perkembangan emosi dan dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat negatif dan tempramental.
Pada tahap ini masa SMP dan SMA juga termasuk dalam periode adolscense ini
Pada Periode ini, Implikasi Pendidikan yang baik dan Tepat bagi Peserta Didik (SMP) yaitu, antara lain:
1. Bahwa belajar akan bermakna kalau input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat peserta didik . Pembelajaran  akan berhasil kalau penyusun silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik peserta didik  sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal.
2. Guru mampu meramu pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik yang dipadukan dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran, sehingga akan dapat membantu peserta didik untuk melalukan eksplorasi dan elaborasi dalam rangka membangun konsep.
3. Guru harus memberi materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang para peserta didik merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya.
4. Berikan penguatan kepada peserta didik, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada peserta didik. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
5. Guru mendorong peserta didik untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dan mendorong peserta didik untuk bertanya sesama teman.
6. Perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir peserta didik (remaja).
7. Orang tua harus mampu menangani masalah si anak (Peserta didik) dengan melakukan pendekatan yang baik, bukan dengan memarahi atau yang dapat membuat si anak tidak mau menceritakan masalah nya kepada orang tua sendiri, sehingga pada akhirnya si anak akan mengambil keputusan sendiri, dan salah mengambil keputusan.
Guru memberikan tugas-tugas kepada peserta didik yang terarah pada pelatihan kemampuan mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan
Implikasi Pendidikan untuk anak usia SMA
Beberapa ciri yang kita harus tahu terlebih dahulu yang terjadi di usia ini ialah :
- Aktifnya hormone seksual
- Emosi yang tidak stabil,berubah-ubah dan cenderung meledak- ledak.
- Mulai tertarik atau berteman dengan lawan jenis
Adapun dilihat dari perkembangan kognitifnya ialah operasional.
- Mampu berfikir logil mengenai suatu yang abstrak
- Menaruh perhatian tentang masa depan,konsep,hipotesis
- Pola pikir cenderung egoisentris
- Perkembangan identitas diri (biasanya ia mencara idolanya atau tokoh yang ia senangi)
Pada periode ini motivasi merupakan tenaga dorong untuk :
Mencari dan menemukan nformasi mengenai hal hal yang dipelajari
Menyerap informasi dan mengolahnya
Mengubah informasi yang di dapat menjadi suatu hasil
Menerapkan hasil ini dalam kehidupan
Agar motivasi ini dapat terpelihara pendidik perlu menciptakan suasana belajar yang positif dan menyajikan langkah langkah  yang mendorong peserta didik untuk ingin belajar dan ingin menerapkan hal hal yang dipelajari , seperti:

Menciptakan Suasana Belajar Yang Positif
Pengajar menciptakan suasana pemecahan masalah orang dewasa di dalam kelas
Pengajar bersifat empatik , dengan menunjukan bahwa pengajar memahami situasi , perasaan dan kebutuhan peserta didik
Pengajar berperilaku sebagai dirinya sendiri , tidak perlu berpura pura atau berlagak profesional. Membuka diri dan membagi pengalaman sebagai ilustrasi atau contoh ide ide dapat besar manfaatnya, dan dapat membantu empati
Pengajar memusatkan masalah pada kebutuhan dan masalah masalah peserta didik , bukan pada hal hal yang ditentukan sebelumnya.
Kegiatan kegiatan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memperjelas tujuan belajar masing masing peserta dan membantu mereka untuk merenanakan penerapannya
Tidak selalu memakai metode punishment karena dimasa ini mereka sudah mengenal mana yang baik dan mana yang tidak baik. Lebih membuat briefing atau arahan motivasi kepada mereka agar bisa mencapai apa yang mereka inginkan di masa depan. Terutama pada orang yang disekitar mereka.
Biarkan mereka mengeluarkan bakat seni atau potensi-potensi dalam diri mereka. Masa SMA ini biasanya aktif dengan ekstrakulikuler. Peran yang harus diambil ialah mendukung mereka dan memberikan masukan yang positif serta arahan. Dan berikan pengertian apa yang terjadi jika mereka terlalu fokus dengan kegiatan tersebut pada konsentrasi belajar mereka.

Kunjungi juga blog anggota kelompok 4 lainnya dalam Mata Kuliah Psikologi Pendidikan ini ya :)
Risti (16-044)
Muftiyanti (16-065)
Angel (16-074)
Shintya (16-073)
Rhesya (16-029)
Nada (16-043)

Psi. Pendidikan

Lerning/pembelajaran ialah suatu perubahan perilaku yang relative permanen yang dibentuk melalui pengalaman. Namun, tidak semua peruahan perilaku merupakan hasil belajar. Perubahan perilaku karena obat,kelelahan dan luka bukan termasuk belajar.
Pengkondisian Klasik
Tipe pembelajaran di mana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli netral menjadi diasosiasikan dengan stimuli bermakna dan menimbulkan kemampuan untuk mengeluarkan respon yang serupa. Seperti Ivan Pavlov yang menguji anjingnya dengan bunyi bel.
Pengkondisian Operan
Tipe belajar dimana konsekuensi dari perilaku mengarah pada perubahan probabilitas terjadinya perilaku. Ada 3 macam konsekuensi ; penguat positif,penguat negative dan punishment/ hukuman.
Penguat positive biasanya menggunakan reward
Penguat negative berupa shaping (membentuk prilaku)
Punishment/hukuman biasanya menyakitkan dan dapat menimbulkan rasa traumatic atau dendam.
Pendekatan Kognitif
Belajar ialah proses mental aktif yang memperoleh mengingat dan menggunakan pengetahuan.

Sebelumnya ini adalah tugas kelompok 4 yang akan memberikan contoh dari masing-masing pembelajaran berdasarkan pengalaman pribadi.
1. Mitiyanti Arishwandini (16-065)
Classical conditioning : Saya memiliki adik yang ketika berusia 3 tahun tiba-tiba diserang oleh kumbang yang menyebabkan luka-luka pada tangannya. Sebelumnya ia tidak takut oleh kumbang namun setelah kejadian tersebut dia akan berteriak dan menangis setiap kali melihat kumbang.

Operant conditioning : ketika umur 6 tahun saya diajarkan sholat, seelah berusia 10 tahun orang tua saya mengharuskan saya untuk sholat 5 waktu jika saya tidak ingin maka saya akan dimarahi oleh orangtua dan saya tidak suka di marahi sampai saya melakukan sholat 5 waktu setiap kali disuruh. Sekarang saya akan melakukan sholat 5 waktu walau tanpa disuruh orang tua.

2. Rhesya Nurvianty (16-029)
Classical Conditioning:
Ketika saya kelas 5 Sekolah Dasar, saat sedang menonton televisi, saya mendengar suara klakson sepeda motor dari luar rumah yang ternyata adalah suara klakson sepeda motor ayah. Saya kemudian membukakan pintu gerbang supaya ayah bisa masuk. Keesokan harinya, Saya mendengar suara klakson sepeda motor lagi dan saya lalu bergegas menuju pintu gerbang untuk membukanya.
Operant Conditioning:
Suatu hari ketika saya datang terlambat ke sekolah, bu guru memberikan hukuman kepada saya yang mengharuskan saya berdiri di depan kelas sampai bel waktu istirahat berbunyi. Sejak saat itu, saya tidak pernah lagi datang terlambat ke sekolah.
Kognitive Conditioning:
Ketika saya masih kecil, ibu saya selalu menghidupkan musik di pagi hari dengan volume yang cukup kuat supaya anak-anaknya cepat bangun. Karena hal itu, saya selalu bangun pagi sampai saat ini.

3. Angel Muliana Tumanggor (161301074)
TEORI CLASSICAL CONDITIONING
- Ketika saya masih kecil saya, saya mendengar suara bel yang dihasilkan oleh penjual eskrim saya akan merasa haus dan berlari mengejar penjual eskrim tersebut
- Saat ibu saya memasak makanan kesukaan saya dan saya mencium aroma masakan tersebut maka saya tiba-tiba merasa lapar
TEORI OPERANT CONDITIONING
- Saya akan dimarahi oleh orangtua saya jika saya pulang malam tanpa memberi kabar kepada orangtua saya
TEORI KOGNITIF
- Ketika ibu saya mengajari saya memasak maka saya akan mengingat ajaran itu di lain waktu

4. Shyntia Eka Putri Pasaribu (16-073)
Teori kognitif: belajar di pandang sebagai upaya untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui proses pengolahan informasi dan akhirnya informasi tersebut disimpan dalam memori jangka panjang, yang pada suatu ketika informasi tersebut dapat di panggil kembali jika diperlukan.
- Pada saat saya mengikuti kegiatan workshop debat, dimana di dalam acara tersebut ada perkenalan dengan kaka-kaka senior saya di perkuliahan yang memiliki prestasi di dalam rangka perdebatan, saya memiliki keyakinan untuk bias seperti mereka. Dan akhirnya di acara terakhir yaitu percobaan debat, saya tertantang ikut serta sebagai peserta untuk mengasah kemampuan saya sedikit demi sedikit.
- Waktu SD saya belajar reaksi kimia fotosintesis, dimana sang guru menjelaskan reaksi kimia tersebut dengan metode pembelajaran menggunakan bahan bergambar. Misal CO2, gambarnya air, dll. Sehingga jika sampai sekarang ilmu itu akan disinggung, saya tetap dapat mengingatnya kembali dalam arti saya mengingat nya dalam memori jangka panjang saya.

Pengkondisian klasikal: adalah tipe pembelajaran di mana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral di asosiasikan dengan stimulus yag bermakna dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respons yang sama.
- Pada saat ayah saya terbangun pada pagi hari, saya selalu di suruh untuk membuat kopi. Dan pada hari berikutnya tanpa di suruh, saya langsung membuat kopi kepada ayah saya. Sehingga respon yang sama yang saya lakukan adalah membuat kopi (CS).

Pengkodisian operant: juga dinamakan pengkondisian instrumental adalah bentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan di ulangi.
- Ketika guru saya di SMA memuji hasil tugas geografi saya dengan bagus, saya menjadi lebih tertarik untuk berusaha meningkatkan pengerjaan tugas saya selanjutnya, agar saya mendapat pujian lagi.
- Ayah dan kaka saya akan memberikan saya hadiah, jika ip saya di semester 2 tetap di atas 3,5. Sehingga itu memotivasi saya untuk belajar di dalam perkuliahan.

5. Risti Devi Mawarni (16-044)
Contoh Classical Conditioning
Devi dulu paling malas membersihkan rumah , namun abang Devi kemudian selalu mengajaknya untuk membereskan rumah setiap jam setengah 6 dan ajakan itu terus dilakukan terus menerus oleh abang nya sehingga menjadi sebuah kebiasaan bagi Devi ketika melihat jam sudah mennjukkan angka setengan 6 dia akan langsung bergegas untuk membereskan rumah.
Contoh Opperant
Dimas sewaktu kecil paling malas untuk meletakkan kembali piring bekas makannya ke dalam wastafel setiap makan dia akan langsung pergi meninggalkannya di tempat dia makan , namun pada suatu hari sang ibu menyuruhnya untuk menaruh piring bekas makanannya dan memuji nya ketika ia melakukannya, Dimas pun merasa senang akan pujian itu setiap kali ia melakukannya , dan pada akhirnya Dimas pun terbiasa melakukan hal itu meskipun sang ibu tidak memuji nya lagi.
Contoh Kognitiv Conditioning
Devi sangat ingin bisa menaiki sepeda seperti teman teman sebayanya, lalu dia meminta abang nya untuk mengajari nya bagaimana mengendarai sepeda. Abangnya pun memberitahu langkah langkah awal apa saja yang harus dilakukan Devi , ia pun mencobanya dan ia bisa lantas ia belajar sendiri bagaimana menguasai sepeda tersebut dengan benar dari penjelasan awal abang nya tadi.

6. Sri Ulfa (16-040)
Contoh operant conditioning
Positive Reinforcement:
Contoh: didit ingin bergabung dalam tim futsal fakultasnya, ayahnya kemudian berjanji akan membelikan sepatu baru jika ia berhasil masuk dalam tim futsal dan menjadi pemain inti. Ketika penyeleksian, Didit berusaha maksimal untuk bisa bergabung dalam tim tersebut, hingga pada akhirnya ia berhasil dan mendapat hadiah sepatu baru dari ayahnya.
Negative Reinforcement:
Contoh: ketika pelajaran matematika, Aswar memilih untuk tidak masuk sekolah karena gurunya yang galak. Agar tidak mendapat hukuman dari gurunya, ibu Aswar melampirkan surat keterangan sakit ke sekolah sebagai alasan bahwa Aswar harus beristirahat di rumah.
Punishment: memberikan hukuman dan menghilangkan perilaku yang tidak disenangi.
Contoh: Eki selalu malas membawa baju lab dari rumah ketika akan praktikum dan lebih memilih untuk meminjam baju lap milik temannya yang rumahnya tidak jauh dari kampus. Beberapa waktu setelah itu, ketika ia meminjam lagi baju lab milik temannya, ternyata baju lab tersebut juga digunakan oleh temannya. Hal ini membuat Eki harus dikeluarkan dari laboratium karna tidak memakai baju lab, sehingga pada praktikum selanjutnya ia tidak meminjam punya temannya lagi melainkan selalu membawa miliknya.
Extinction: hilangnya respon dan beberapa saat waktu tidak lagi diperkuat, karena itu, tingkah laku tersebut berhenti untuk muncul.
Contoh: Maria adalah seorang anak manja, ia selalu bergantung kepada ibunya jika akan melakukan sesuatu. Hari pertama sekolah, ia minta diantar ibunya hingga seminggu penuh. Sampai akhirnya, ibu maria harus ke kanto, lalu ia berusaha untuk ke sekolah sendiri walaupun dengan perasaan yang berdebar-debar, keesokan harinya ia masih sendiri ke sekolah hingga akhirnya ia terbiasa untuk ke sekolah sendiri.
Classical Conditioning
Contoh: dari pengalaman pribadi
Ketika ayah saya pulang kerja dan saya mendengar suara deru mobil nya berhenti dibagasi depan rumah, spontan saya langsung membuka pintu rumah dan menyambut ayah saya.
Contoh kognitif: ketika kita mendengarkan musik yang kita suka, secara otomatis kita akan hapal dengan liriknya. Dan disaat kita mendengarkan musik tersebut secara tidak sengaja, maka kita akan langsung menyanyikan lagu tersebut.

7. Nada Salsabila (16-043)
Classical conditioning
- Hp itu seperti nyawa kedua buat saya. Kemanapun saya pasti selalu pegang Hp dan ya gapernah lepas kecuali pergi mandi atau sholat atau belajar. Terlalu banya berinteraksi dengan hp apalagi dunia social media. Nah karena terus-terusan nih suka main hp jadinya kalau denger ada suara notification atau nada dering jadi langsung ngeliat hp padahal gaada apa-apa.

Operant conditioning :
- (penguat positif) waktu itu selesai sholat Nada selalu membaca Al-qur’an dan mendapati wajah Abi tersenyum sambil memuji. Nada senang melihat Abi muji sambil senyum jadinya setiap selesai sholat Nada selalu baca Al-Qur’an.
- (penguat negative) Setiap ada hari kosong atau libur umi selalu ngajak Nada untuk ta’lim(pengajian) tapi nada males lalu umi bilang kalau nada tidak mau ikut umi bakal tahan uang jajan Nada karena umi ngajaknya kesurga bukan ketempat maksiat. Semenjak itu setiap umi ajak Nada untuk ta’lim nada selalu ikut.
- (hukuman) Waktu Nada masih TK pernah dikasih pr yang soalnya hidtung-hitungan. Nada lemah dalam matematika dan selalu ga tau jawabannya. Waktu itu ngerjainnya bareng sama umi alhasil karna Nada selalu gatau jawabnnya nada dikurung didalam kamar mandi dan semenjak itu nada gamau belajar sama umi lagi…


Kognitif:
 akhir-akhir ini nada lagi suka belajar masak. Nah belajar masaknya melalui internet. Mencari bahan-bahannya juga lewat internet karna jarang dikasi penjelasan yang rinci jadinya nada coba-cobain sendiri dan akhirnya jadi tembah pengetahuan.

Semoga bermanfaat😊😊😊

- Copyright © Sriulfa - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -